Tuesday, January 5, 2016

Karya Tulis Ilmiah Biologi Tentang Pemanfaatan Daun Ketapang Untuk Menurunkan pH Air Bekas Cucian

Pemanfaatan Daun Ketapang Untuk Menurunkan pH Air Bekas Cucian






Bondan Novanis Punto Aji
XI-MIPA 9


SMA NEGERI 10 SAMARINDA
SAMARINDA
KALIMANTAN TIMUR
2015


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penggunaan Daun Ketapang Dalam Menurunkan Kadar pH pada Air Bekas Cucian ” dengan lancar tanpa ada suatu halangan apapun.
Sholawat serta salam tetap kami haturkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. beserta keluarganya yang mana telah mengantarkan kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang penuh dengan nuril islam ini.
Dan berhubungan dengan selesainya makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada kami.
Untuk itu perkenankanlah kami menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1.      Bapak Dr. Medi Hendra, M.Si, dan Bapak Rudy Agung Nugroho, M.Si, selaku pembimbing karya tulis ilmiah bidang biologi;
2.      Bapak Armin, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 10 Samarinda;
3.      Orang tua yang selalu memberikan motivasi;
4.      Serta, teman-teman yang kami sayangi.
Dengan penuh kerendahan hati, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan selama menyelesaikan makalah ini dan jauh dari taraf kesempurnaan. Oleh karena itu, kami menanti saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pembaca.
Untuk itu, semoga karya tulis ilmiah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Terima kasih.
Samarinda, 12 Maret 2015



Penulis




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
          Dewasa ini banyak orang yang dan terutama para pengusaha laundry, yang menghasilkan limbah cair seperti air bekas cucian . Biasanya langsung dibuang begitu saja tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu. Padahal dapat kita ketahui bahwa air bekas cucian tersebut menga dung berbagai tambahan bahan kimia, seperti surfaktan (bahan pembersih), alkyl benzene (ABS) yang berfungsi sebagai penghasil busa, abrasif sebagai bahan penggosok, bahan pengurai senyawa organik, oksidan sebagai pemutih dan pengurai senyawa organik, enzim untuk mengurai protein, lemak atau karbohidrat untuk melembutkan bahan, larutan pengencer air, bahan anti karat dan yang lainnya. Yang kita ketahui bahwa bahan-bahan tersebut tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Yang tentunya sangat berbahaya bagi lingkungan.
          Usaha laundry tersebut banyak menghasilkan limbah cair yang memiliki sifat basa. Kebanyakan limbah cair ini dibuang ke sungai, yang dapat menyebabkan air sunai bersifat basa, yang kemudian dapat mencemari lingkungan. Salah satu cara untuk mengatasinya dalah dengan menurunkan kadar PH air bekas cucian sebelum di buang ke sungai. Dengan cara merendam daun ketapang yang sudah kering ke dalam rendaman air bekas cucian tersebut.
          Ketapang dalam bahasa ilmiah adalah terminalia catappa, atau sering disebut dengan kenari tropis. Tanaman ini sering digunakan sebagai tanaman peneduh karena daunnya yang membentuk seperti payung. Setiap harinya selalu ada daun kering yang berguguran dan menjadi sampah karena tidak digunakan. Pohon ketapang menghasilkan racun pada daunnya yang berguna untuk melindungi dari gangguan serangga dan parasit. Oleh karena itu kita tidak akan menemukan pohon ketapang diserang oleh hama. Daun yang kering ketika terendam air akan menghasilkan air yang berwarna kuning kecoklatan. Air tersebut mengandung asam organik seperti humic dan tannin.
          Sifat-sifat basa yaitu mempunyai rasa pahit dan merusak kulit, terasa licin seperti sabun bila terkena kulit, dapat mengubah kertas lakmus merah menjadi kertas lakmus biru, dapat menetralkan asam.
          Alat untuk mengukur skala keasaman atau pH adalah pH meter dan indikator universal. Skala pH nya adalah antara 0-14. Tingkatan keasaman yaitu,apabila nilainya 0-6,9 maka disebut asam. Apabila nilainya 7 adalah netra. Dan jika lebih dari 7, yaitu 7,1-14 disebut basa.
1.2 Rumusan masalah
1.      Berapa perbandingan antara daun ketapang dengan air?
2.      Berapa lama daun ketapang direndam di dalam air bekas cucian ?
3.      Apakah daun ketapang dapat menurunkan pH air bekas cucian?


1.3 Tujuan
Ada beberapa tujuan yang selanjutnya ingin dicapai setelah dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut,yaitu :
1.      Untuk mengetahui apakah daun ketapang dapat menurunkan kadar pH pada air bekas cucian;
2.      Untuk mengetahui pengaruh air bekas cucian yang telah direndam daun ketapang bagi lingkungan.
1.4 Manfaat
1.      Dapat menghasilkan bahan alternative sebagai penurun pH air sisa cucian;
2.      Memanfaatkan daun ketapang yang banyak terdapat di sekitar kita untuk menurunkan pH air sisa cucian secara alami;
3.      Membuat air sisa cucian menjadi lebih aman untuk dibuang ke lingkungan;
4.      Dalam skala besar dapat diterapkan pada industri jasa pencucian;
5.      Dapat mengurangi limbah daun ketapang kering.


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
1.  Pohon ketapang
Ketapang atau katapang (Terminalia catappa) adalah nama sejenis pohon tepi pantai yang rindang. Lekas tumbuh dan membentuk tajuk indah bertingkat-tingkat, ketapang kerap dijadikan pohon peneduh di taman-taman dan tepi jalan.
2.  Deterjen
Menurut KBBI (2002:259),” Deterjen adalah bahan pembersih pakaian (seperti sabun yang tidak dibuat dari lemak atau soda dan berupa tepung atau cairan).”
3.   Limbah
Menurut KBBI (2002:672),” Limbah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau pemakaian.”
4.  Air
Menurut KBBI (1999:13),  ”Air adalah benda cair yang biasa terdapat disumur, sungai, danau, yang mendidih pada suhu 100 C. ”

2.2 Tinjauan Tentang Pohon Ketapang
a. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magniliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Combretaceae
Genus : Terminalia
Species : Terminalia catappa
b. Persebaran
Ketapang merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara dan umum ditemukan di wilayah ini, kecuali di Sumatera dan Kalimantan yang agak jarang didapati di alam. Pohon ini biasa ditanam di Australia bagian utara dan Polinesia, demikian pula di India, Pakistan, Madagaskar, Afrika Timur dan Afrika Barat, Amerika Tengah, serta Amerika Selatan.
c. Habitat
Pohon ini cocok dengan iklim pesisir dan dataran rendah hingga ketinggian sekitar 400 m dpl. Curah hujan antara 1.000 – 3.500 mm/tahun, dan bulan kering hingga 6 bulan.Ketapang menggugurkan daun hingga dua kali setahun, sehingga tumbuhan ini bisa tahan menghadapi bulan-bulan yang kering. Buahnya yang memiliki lapisan gabus dapat terapung-apung di air sungai dan laut hingga berbilan-bulan, sebelum tumbuh di tempat yang cocok.
d. Kegunaan
Kulit kayu dan daun-daunnya dimanfaatkan orang untuk menyamak kulit, sebagai bahan pewarna hitam, dan juga untuk membuat tinta. Kulit kayunya menghasilkan zat pewarna kuning kecoklatan sampai warna zaitun, dan mengandung 11 – 23% tanin, sementara daundaunnya mengandung12 macam tanin yang dapat dihidrolisis. Penggemar ikan hias menaruh daun-daun ketapang kering di akuarium, khususnya ikan cupang (Betta spp), untuk memperbaiki kesehatan dan memperpanjang umur ikan.
Kayu terasnya merah bata pucat hingga kecoklat-coklatan, ringan sampai sedang, BJnya
berkisar antara 0,465 – 0,675, cukup keras dan ulet, namun tidak begitu awet. Kayu ini
dalam perdagangan dikenal sebagai red-brown terminalia, dan digunakan sebagai penutup lantai atau venir. Di Indonesia, kayu ini digunakan dalam pembuatan perahu dan juga untuk bahan rumah.
Biji Ketapang dapat dimakan mentah atau dimasak, konon lebih enak dari biji kenari, dan digunakan sebagai pengganti biji amandel (almond) dalam kue-kue. Inti bijinya yang kering jemur menghasilkan minyak berwarna kuning hingga setengah dari bobot semula. Minyak ini mengandung asam-asam lemak seperti asam palmiat (55,5%). Asam oleat (23,3%), asam linoleat, asam stearat dan asam miristat. Biji kering ini juga mengandung protein (25%), gula (16%), serta berbagai macam asam amino.
e. Budidaya
Spesies ini mudah diperbanyak dengan biji. Perbanyakan vegetatif dengan stek akar juga bisa dilakukan. Waktu pematangan buah bervariasi antar wilayah dan dapat sporadis atau terjadi lebih dari sekali per tahun. Buah siap untuk koleksi ketika ukurannya maksimal dan telah mulai menunjukkan beberapa perubahan warna yaitu menjadi red purple atau kuning atau kecoklatan.
Banyaknya buah sekitar 15 – 60 buah/kg. Daging luar harus dikupas dari biji sesegera
mungkin setelah dipanen (dalam 1 – 2 hari). Biji tanpa daging luas sebanyak 70 – 150 buah/kg.
Perilaku penyimpanan biji tidak diketahui, tetapi biji kehilangan viabilitas cukup cepat dalam penyimpanan. Benih dianjurkan daitanam dalam waktu 4 – 6 minggu penyimpanan.Benih yang berkecambah dilindungi di bawah naungan. Bibit harus dipindahkan ke dalam wadah secepat mungkin setelah munculnya perkecambahan. Bibit yang semakin besar dipindah ketingkat pencahayaan yang lebih tinggi misalnya intensitas cahaya 30 – 50% selama 1– 2 minggu setelah tanam, kemudian 25% selama 1 bulan, kemudian matahari penuh selama 2 bulan sebelum penanaman.
Bibit harus ditanam pada awal musim hujan. Urutan koleksi benih untuk produksi bibit;Juli – Agustus, perkecambahan; bulan September – November, tahap penaburan benih;Desember – Januari, tanam di lapangan. Saat ditanam, tinggi tanaman harus sekitar 25 cm – 30cm.






























BAB III
METODE PENELITIAN

Pada percobaan mengenai penurunan pH air sisa cucian dengan alternatif bahan baku daun ketapang kering ini dilakukan dengan cara sederhana. Teknologi daun ketapang kering ini telah lama digunakan dalam penurunan pH air karena dapat menurunkan pH air pada akuarium. Pada percobaan ini akan membahas mengenai proses penurunan pH air sisa cucian dengan menggunakan daun ketapang kering.
Percobaan ini berlangsung selama 6 hari, dikarenakan proses dilakukan mulai dari mengeringkan daun ketapang hingga daun ketapang siap untuk digunakan. Proses perendaman berlangsung selama 3 hari dan setiap harinya dilakukan pengukuran pH.
3.1 Objek Percobaan
Sebagai objek percobaan ini adalah daun ketapang kering dan daun ketapang segar sebagai bahan baku penurun pH dan perbandingan mengenai variable yang lebih cepat menurunkan pH.
3.2 Bahan dan Alat Percobaan
Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
· daun ketapang kering
· air sisa cucian.
Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
· Ember/wadah
· Gelas ukur
· Kertas pH
3.3 Prosedur Kerja
1. Memilih daun ketapang yang baik.
2. Membersihkan daun ketapang dari kotoran-kotoran yang menempel pada daun.
3. Mengeringkan daun ketapang di bawah sinar matahari agar daun lebih kering lagi.
4. Menyiapkan air sisa cucian sabun di dalam wadah atau ember.
5. Mengukur pH awal air sisa cucian sabun dengan menggunakan kertas lakmus.
6. Menghitung pH awal air sisa cucian sabun.
7. Merendam daun ketapang yang sudah kering kedalam air sisa cucian sabun.
8. Mengukur pH rendaman daun ketapang pada air sabun setiap 1x24 jam selama 3 hari.
3.4  Rencana Anggaran Biaya
Anggaran biaya untuk penurunan pH air sisa cucian menggunakan daun ketapang kering adalah sebesar Rp 10.000,- dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 1 Anggaran biaya pembuatan alat
No.
Nama barang
Harga satuan
Jumlah
Total
1.
Air sisa cucian
-
250 ml

2.
Daun ketapang
-
5 lembar

3.
Kertas pH
10.000/pack
5 lembar







Total


10.000
e. Hasil Pengujian
Dari hasil pengujian yang telah kami lakukan dihasilkan data sebagai berikut:
Tabel 2. Pengukuran pH dari hari pertama hingga ketiga
PH air percobaan
Pengukuran PH air per/hari

Hari ke-1
Hari ke-2
Hari ke-3

Daun Segar
9
9
9
Daun Kering
9
8
8
Air sisa cucian yang mempunyai pH awal 9 setelah direndam dengan daun ketapang selama 3 hari mengalami penurunan pH, yaitu menjadi 8. Pada air bekas rendaman daun ketapang berwarna coklat gelap dan keruh oleh serat daun ketapang. Karena warna coklat tersebut diakibatkan oleh asam tannin pada kandungan daun ketapang kering sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan.







BAB III
PEMBAHASAN

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan maka dapat didapatkan bahwa diperlukannya penelitian lebih lanjut dan penelitian dengan berbagai variable untuk mendapatkan variasi data. Pemakaian daun ketapang yang segar (masih hijau) dan daun ketapang yang sudah kering dilakukan untuk mengetahui daun mana yang memiliki kemampuan terbesar dalam menurunkan pH. Daun ketapang diketahui memiliki kandungan asam organic humic dan tannin. Namun diperlukan penelitian yang lebih mendalam mengenai asam organic terbesar berada di daun yang mana.
Penggunaan daun ketapang yang berupa lembaran ( utuh ) maupun penggunaan daun ketapang yang dihancurkan ( serbuk ) sepertinya memiliki kegunaan yang sama, hanya saja terletak pada efisiensi penggunaannya. Bentuk serbuk sepertinya lebih mudah digunakan dibandingkan dengan daun yang berbentuk lembaran. Bentuk serbuk memiliki keunggulan tersendiri misalnya dalam hal pengembangannya yakni lebih mudah untuk dibawa ataupun dalam hal penyimpanannya dalam skala besar.
Waktu perendaman yang dilakukan ketika penelitian termasuk singkat yakni 2-3 hari. Perlunya dilakukan perendaman yang lebih lama untuk mengetahui penurunan pH secara signifikan. Ketika penelitian dengan waktu 2-3 hari hanya menghasilkan penurunan pH dari 9 menjadi 8. Perendaman yang lebih lama kemungkinan akan menghasilkan penurunan pH lebih dari 1.
Ketika pengukuran pH perlu dilakukan pengadukan agar tercampur antara ekstrak daun ketapang dan air limbah. Ketika penelitian tidak dilakukan pengadukan pada saat pengukuran pH. Kandungan asam organic yang dapat menurunkan pH terletak di dasar rendaman maka untuk itu diperlukan pengadukan agar hasil yang didapat bias semaksimal mungkin.
Penggunaan daun ketapang pada air cucian mengakibatkan air cucian menjadi keruh sehingga masih sulit untuk pemakaian kembali air yang telah digunakan sedangkan pada daun ketapang segar air masih bisa dikatakan berwarna jernih daun dalam penurunan pH nya pada daun ketapang segar masih cenderung dikatakan lambat.









BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini antara lain:
· Daun ketapang mengandung asam organik seperti humic dan tannin yang dapat menurunkan pH air.
· pH air sisa cucian yang pH awal 9 setelah direndam 1 x 24 jam turun menjadi 8.
· Teknologi sederhana ini dapat diterapkan di industri laundry yang banyak menghasilkan limbah detergen sehingga lebih aman untuk dibuang ke lingkungan.
Saran
· Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penurunan pH dengan pemanfaatan daun ketapang kering dan variable yang lebih banyak.
· Pengukuran dapat dilakukan dengan pH meter agar nilai penurunan keasamannya lebih jelas terlihat dan tepat.
· Dapat mendaur ulang atau memanfaatkan air hasil penurunan basa dari air cucian
· Menghasilkan suatu produk yang ramah lingkungan dan dapat digunakan dalam penurun pH air terutama untuk industri jasa pencucian baju.
· Siswa mampu lebih berpikir kritis lagi dan inovatif dalam melihat potensi lingkungan sekitar dengan banyak diberi kesempatan.












DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Perhutani, KPH Kendal. (2011).Jenis Tanaman Rimba Eksotik.Kendal
Direktorat Perumahan, Ditjen Cipta Karya-Departemen Pekerjaan Umum. (1998) Pengelolaan Limbah Air.Jakarta
Atmadjaja, J. dan Sitanggang, M. (2008).Panduan Lengkap Budi daya & Perawatan Cupang Hias, hal 125-126, Jakarta, Agromedia.
Lily M, Perry. (1980).Medicinal Plants of East and Southeast Asia, Inggris : The MIT.
Pemanfaatan Tanaman tradisional.2003. (http://www.traditionaltree.org)
Forum Ikan Hias.2007.(http://forum.o-fish.com).
Forum pembuatan black water.(http://www.n1wanred.com/isi/forum/showthread.php).

0 comments:

Post a Comment