Apakah kalian sering membaca teks
cerita sejarah? Apa fungsi kita mempelajari teks cerita sejarah? Teks cerita
sejarah apa saja yang sering kalian baca? Lalu bagaimana struktur teks cerita
sejarah?
Sering kali kita mendengar cerita sejarah
dari nenek moyang kita terdahulu bukan? sejarah tetang masa-masa penjajahan
Belanda-Jepang, sejarah masa kerajaan Hindu-Budha, kerajaan Islam bahkan sampai
sejarah tentang kemerdekaan Indonesia.
Nah, sejarah itu apa sih? Sejarah adalah
cerita yang terjadi di masa lampau yang bisa dijadikan pelajaran dan dikenang
di masa sekarang. Sejarah ada untuk dipelajari agar dapat dipetik hikmahnya.
Mempelajari teks cerita sejarah sangat
penting apalagi dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Saat
ini, hal yang dipelajari bukan sekadar pengetahuan bahasa saja, melainkan
sebagai teks yang bertujuan untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya
dalam konteks kehidupan akademis, sosial, dan budaya.
Sekarang, mari kita mengenal struktur teks
cerita sejarah. Struktur teks sejarah diantaranya sebagai berikut.
Struktur
Struktur alur dalam teks cerita
sejarah:
➢
Orientasi (pengenalan)
➢
Rangkaian Peristiwa
➢
Reorientasi (Pengulangan)
Teks
cerita sejarah diawali dengan pengenalan cerita yang terjadi di masa lampau
kemudian diceritakan urutan peristiwa yang terjadi secara berurutan.
Kaidah
Kaidah teks cerita sejarah mencakup
tiga hal, yaitu sifatnya yang nonfiktif, sumbernya dari peristiwa sejarah,
dan bahasa menggunakan penunjuk waktu yang sangat jelas dan faktual.
Lebih jelasnya, kaidah-kaidah dalam teks cerita sejarah di antaranya sebagai berikut.
1. Bersifat nonfiktif
Teks cerita sejarah dapat dibuktikan kebenarannya melalui dokumen sejarah. Dengan demikian, tokoh, alur, dan latar yang diceritakan dalam teks cerita sejarah haruslah nyata dan bukan hasil rekaan penulis.
2. Bersumber dari sejarah
Hal yang membedakan teks cerita sejarah dan teks lainnya adalah sumber yang dijadikan dasar penulisan adalah sejarah atau peristiwa yang benar-benar terjadi, peristiwa yang tercatat dan tetap diingat masyarakat karena mengandung nilai yang tinggi.
3. Menggunakan bahasa naratif
Teks cerita sejarah merupakan teks naratif. Oleh sebab itu, teks ini menggunakan bahasa naratif yang banyak mengandung urutan waktu untuk menggambarkan peristiwa.
a. Adanya konjungsi (kata sambung)
Konjungsi adalah kata yang menghubungkan antara induk kalimat dan anak kalimat atau dapat diartikan juga konjungsi merupakan unsur-unsur kalimat yang berfungsi menyambungkan dua buah frasa atau kalimat dengan tujuan untuk menyatakan urutan peristiwa.
Contoh :
- Setelah mendengar berita kekalahan Jepang pada perang pasifiik, golongan muda mendesak golongan tua agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Petunjuk : konjungsi digunakan untuk menyambungkan dua buah frasa/kalimat.
Penjelasan : kata yang digaris bawahi merupakan salah satu contoh konjungsi yang menyatakan urutan peristiwa. Contoh konjungsi lainnya adalah (lalu, selanjutnya, berikutnya, setelah.
b. Penggunaan fungsi keterangan waktu dan tempat
Fungsi keterangan merupakan kata yang mengungkapkan subjek, predikat dan keterangan. Sudah kita kenali bahwa fungsi dalam kalimat terdiri atas subjek (S), Predikat (P), objek (O) dan keterangan (K).
Contoh :
- Pada tanggal 6 Agustus 1945 telah terjadi pengeboman di kota Hiroshima Jepang.
- Ir. Soekarno dan Radjiman Widyodiningrat diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu jenderal Marsekal Terauchi.
- Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro dan Sayuti Melik.
Petunjuk : Keterangan dibagi menjadi 3 bagian yaitu keterangan tempat, waktu dan cara.
Catatan : kata yang bergaris bawah merupakan kata yang menunjukkan keterangan.
Lebih jelasnya, kaidah-kaidah dalam teks cerita sejarah di antaranya sebagai berikut.
1. Bersifat nonfiktif
Teks cerita sejarah dapat dibuktikan kebenarannya melalui dokumen sejarah. Dengan demikian, tokoh, alur, dan latar yang diceritakan dalam teks cerita sejarah haruslah nyata dan bukan hasil rekaan penulis.
2. Bersumber dari sejarah
Hal yang membedakan teks cerita sejarah dan teks lainnya adalah sumber yang dijadikan dasar penulisan adalah sejarah atau peristiwa yang benar-benar terjadi, peristiwa yang tercatat dan tetap diingat masyarakat karena mengandung nilai yang tinggi.
3. Menggunakan bahasa naratif
Teks cerita sejarah merupakan teks naratif. Oleh sebab itu, teks ini menggunakan bahasa naratif yang banyak mengandung urutan waktu untuk menggambarkan peristiwa.
a. Adanya konjungsi (kata sambung)
Konjungsi adalah kata yang menghubungkan antara induk kalimat dan anak kalimat atau dapat diartikan juga konjungsi merupakan unsur-unsur kalimat yang berfungsi menyambungkan dua buah frasa atau kalimat dengan tujuan untuk menyatakan urutan peristiwa.
Contoh :
- Setelah mendengar berita kekalahan Jepang pada perang pasifiik, golongan muda mendesak golongan tua agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Petunjuk : konjungsi digunakan untuk menyambungkan dua buah frasa/kalimat.
Penjelasan : kata yang digaris bawahi merupakan salah satu contoh konjungsi yang menyatakan urutan peristiwa. Contoh konjungsi lainnya adalah (lalu, selanjutnya, berikutnya, setelah.
b. Penggunaan fungsi keterangan waktu dan tempat
Fungsi keterangan merupakan kata yang mengungkapkan subjek, predikat dan keterangan. Sudah kita kenali bahwa fungsi dalam kalimat terdiri atas subjek (S), Predikat (P), objek (O) dan keterangan (K).
Contoh :
- Pada tanggal 6 Agustus 1945 telah terjadi pengeboman di kota Hiroshima Jepang.
- Ir. Soekarno dan Radjiman Widyodiningrat diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu jenderal Marsekal Terauchi.
- Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro dan Sayuti Melik.
Petunjuk : Keterangan dibagi menjadi 3 bagian yaitu keterangan tempat, waktu dan cara.
Catatan : kata yang bergaris bawah merupakan kata yang menunjukkan keterangan.
Contoh Teks Cerita Sejarah
Kota Tua
dalam Ingatan
Sebagai pusat kota, pusat perdagangan, sekaligus permukiman penting di Asia sejak abad ke -16, Kota Tua adalah situs yang harus dijaga. Kota ini hanya seluas 15 H tapi arti sejarahnya sangatlah besar bagi Indonesia.
Dimulai tahun 1526, penyerangan pelabuhan Sunda Kelapa oleh Fatahillah yang dikirim Kesultanan Demak menyebabkan penamaan Jayakarta pada kota yang memiliki tata kota pelabuhan tradisional Jawa ini. Tahun 1619, VOC di bawah komando Jan Pieterszoon Coen menghancurkan Jayakarta dan mengubah namanya menjadi Batavia. Nama itu diambil sebagai penghormatan kepada leluhur bangsa Belanda, Batavieren. Oleh Belanda, kota ini dilengkapi benteng (kasteel Batavia), dinding kota, dan kanal. Kota ini dirancang dengan gaya Belanda Eropa yang diatur dalam beberapa blok yang dipisahkan kanal. Pembangunan Batavia selesai pada tahun 1650 yang kemudian dijadikan kantor pusat VOC di Hindia Timur. Kota ini menjadi pusat administratif Hindia Timur Belanda.
Tahun 1942, Batavia, setelah mengalami perluasan wilayah, berganti nama menjadi Jakarta lalu menjadi ibu kota Indonesia. Namun, 15 H yang menjadi awal terbentuknya kota Jakarta, kita kenang sebagai Kota Tua.
0 comments:
Post a Comment