Pemanfaatan Daun Ketapang Untuk Menurunkan pH Air Bekas Cucian
Bondan Novanis Punto Aji
XI-MIPA 9
SMA NEGERI 10 SAMARINDA
SAMARINDA
KALIMANTAN TIMUR
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah atas
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penggunaan Daun
Ketapang Dalam Menurunkan Kadar pH pada Air Bekas Cucian ” dengan lancar tanpa
ada suatu halangan apapun.
Sholawat serta salam tetap kami
haturkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. beserta keluarganya yang mana
telah mengantarkan kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang penuh dengan
nuril islam ini.
Dan berhubungan
dengan selesainya makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada banyak
pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada kami.
Untuk itu perkenankanlah kami menyampaikan
rasa terima kasih kepada:
1.
Bapak
Dr. Medi Hendra, M.Si, dan Bapak Rudy Agung Nugroho, M.Si, selaku pembimbing
karya tulis ilmiah bidang biologi;
2.
Bapak
Armin, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 10 Samarinda;
3.
Orang
tua yang selalu memberikan motivasi;
4.
Serta,
teman-teman yang kami sayangi.
Dengan penuh
kerendahan hati, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan selama menyelesaikan
makalah ini dan jauh dari taraf kesempurnaan. Oleh karena itu, kami menanti
saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pembaca.
Untuk itu, semoga karya tulis
ilmiah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Terima kasih.
Samarinda, 12
Maret 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dewasa ini banyak
orang yang dan terutama para pengusaha laundry, yang menghasilkan limbah cair
seperti air bekas cucian . Biasanya langsung dibuang begitu saja tanpa adanya
pengolahan terlebih dahulu. Padahal dapat kita ketahui bahwa air bekas cucian
tersebut menga dung berbagai tambahan bahan kimia, seperti surfaktan (bahan
pembersih), alkyl benzene (ABS) yang berfungsi sebagai penghasil busa, abrasif
sebagai bahan penggosok, bahan pengurai senyawa organik, oksidan sebagai
pemutih dan pengurai senyawa organik, enzim untuk mengurai protein, lemak atau
karbohidrat untuk melembutkan bahan, larutan pengencer air, bahan anti karat
dan yang lainnya. Yang kita ketahui bahwa bahan-bahan tersebut tidak dapat
diuraikan oleh mikroorganisme. Yang tentunya sangat berbahaya bagi lingkungan.
Usaha laundry
tersebut banyak menghasilkan limbah cair yang memiliki sifat basa. Kebanyakan
limbah cair ini dibuang ke sungai, yang dapat menyebabkan air sunai bersifat
basa, yang kemudian dapat mencemari lingkungan. Salah satu cara untuk
mengatasinya dalah dengan menurunkan kadar PH air bekas cucian sebelum di buang
ke sungai. Dengan cara merendam daun ketapang yang sudah kering ke dalam
rendaman air bekas cucian tersebut.
Ketapang dalam
bahasa ilmiah adalah terminalia catappa, atau sering disebut dengan kenari
tropis. Tanaman ini sering digunakan sebagai tanaman peneduh karena daunnya
yang membentuk seperti payung. Setiap harinya selalu ada daun kering yang
berguguran dan menjadi sampah karena tidak digunakan. Pohon ketapang
menghasilkan racun pada daunnya yang berguna untuk melindungi dari gangguan
serangga dan parasit. Oleh karena itu kita tidak akan menemukan pohon ketapang
diserang oleh hama. Daun yang kering ketika terendam air akan menghasilkan air
yang berwarna kuning kecoklatan. Air tersebut mengandung asam organik seperti
humic dan tannin.
Sifat-sifat basa
yaitu mempunyai rasa pahit dan merusak kulit, terasa licin seperti sabun bila
terkena kulit, dapat mengubah kertas lakmus merah menjadi kertas lakmus biru,
dapat menetralkan asam.
Alat untuk mengukur
skala keasaman atau pH adalah pH meter dan indikator universal. Skala pH nya
adalah antara 0-14. Tingkatan keasaman yaitu,apabila nilainya 0-6,9 maka
disebut asam. Apabila nilainya 7 adalah netra. Dan jika lebih dari 7, yaitu
7,1-14 disebut basa.
1.2 Rumusan
masalah
1.
Berapa
perbandingan antara daun ketapang dengan air?
2.
Berapa lama daun
ketapang direndam di dalam air bekas cucian ?
3.
Apakah daun
ketapang dapat menurunkan pH air bekas cucian?
1.3 Tujuan
Ada beberapa
tujuan yang selanjutnya ingin dicapai setelah dilakukannya penelitian ini
adalah sebagai berikut,yaitu :
1.
Untuk
mengetahui apakah daun ketapang dapat menurunkan kadar pH pada air bekas
cucian;
2.
Untuk
mengetahui pengaruh air bekas cucian yang telah direndam daun ketapang bagi
lingkungan.
1.4 Manfaat
1.
Dapat
menghasilkan bahan alternative sebagai penurun pH air sisa cucian;
2.
Memanfaatkan
daun ketapang yang banyak terdapat di sekitar kita untuk menurunkan pH air sisa
cucian secara alami;
3.
Membuat
air sisa cucian menjadi lebih aman untuk dibuang ke lingkungan;
4.
Dalam
skala besar dapat diterapkan pada industri jasa pencucian;
5.
Dapat
mengurangi limbah daun ketapang kering.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
1. Pohon ketapang
Ketapang atau
katapang (Terminalia catappa) adalah nama sejenis pohon tepi pantai yang
rindang. Lekas tumbuh dan membentuk tajuk indah bertingkat-tingkat, ketapang
kerap dijadikan pohon peneduh di taman-taman dan tepi jalan.
2. Deterjen
Menurut KBBI (2002:259),” Deterjen
adalah bahan pembersih pakaian (seperti sabun yang tidak dibuat dari lemak atau
soda dan berupa tepung atau cairan).”
3. Limbah
Menurut KBBI (2002:672),” Limbah
adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa
atau pemakaian.”
4. Air
Menurut KBBI
(1999:13), ”Air adalah benda cair yang biasa terdapat disumur,
sungai, danau, yang mendidih pada suhu 100 C. ”
2.2 Tinjauan
Tentang Pohon Ketapang
a. Taksonomi
Kerajaan :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magniliopsida
Ordo : Myrtales
Famili :
Combretaceae
Genus :
Terminalia
Species
: Terminalia catappa
b. Persebaran
Ketapang merupakan
tumbuhan asli Asia Tenggara dan umum ditemukan di wilayah ini, kecuali di
Sumatera dan Kalimantan yang agak jarang didapati di alam. Pohon ini biasa
ditanam di Australia bagian utara dan Polinesia, demikian pula di India,
Pakistan, Madagaskar, Afrika Timur dan Afrika Barat, Amerika Tengah, serta
Amerika Selatan.
c. Habitat
Pohon ini cocok
dengan iklim pesisir dan dataran rendah hingga ketinggian sekitar 400 m dpl.
Curah hujan antara 1.000 – 3.500 mm/tahun, dan bulan kering hingga 6
bulan.Ketapang menggugurkan daun hingga dua kali setahun, sehingga tumbuhan ini
bisa tahan menghadapi bulan-bulan yang kering. Buahnya yang memiliki lapisan
gabus dapat terapung-apung di air sungai dan laut hingga berbilan-bulan,
sebelum tumbuh di tempat yang cocok.
d. Kegunaan
Kulit kayu dan
daun-daunnya dimanfaatkan orang untuk menyamak kulit, sebagai bahan pewarna
hitam, dan juga untuk membuat tinta. Kulit kayunya menghasilkan zat pewarna
kuning kecoklatan sampai warna zaitun, dan mengandung 11 – 23% tanin, sementara
daundaunnya mengandung12 macam tanin yang dapat dihidrolisis. Penggemar ikan
hias menaruh daun-daun ketapang kering di akuarium, khususnya ikan cupang
(Betta spp), untuk memperbaiki kesehatan dan memperpanjang umur ikan.
Kayu terasnya
merah bata pucat hingga kecoklat-coklatan, ringan sampai sedang, BJnya
berkisar antara
0,465 – 0,675, cukup keras dan ulet, namun tidak begitu awet. Kayu ini
dalam
perdagangan dikenal sebagai red-brown terminalia, dan digunakan sebagai penutup
lantai atau venir. Di Indonesia, kayu ini digunakan dalam pembuatan perahu dan
juga untuk bahan rumah.
Biji Ketapang
dapat dimakan mentah atau dimasak, konon lebih enak dari biji kenari, dan
digunakan sebagai pengganti biji amandel (almond) dalam kue-kue. Inti bijinya
yang kering jemur menghasilkan minyak berwarna kuning hingga setengah dari
bobot semula. Minyak ini mengandung asam-asam lemak seperti asam palmiat
(55,5%). Asam oleat (23,3%), asam linoleat, asam stearat dan asam miristat.
Biji kering ini juga mengandung protein (25%), gula (16%), serta berbagai macam
asam amino.
e. Budidaya
Spesies ini
mudah diperbanyak dengan biji. Perbanyakan vegetatif dengan stek akar juga bisa
dilakukan. Waktu pematangan buah bervariasi antar wilayah dan dapat sporadis
atau terjadi lebih dari sekali per tahun. Buah siap untuk koleksi ketika
ukurannya maksimal dan telah mulai menunjukkan beberapa perubahan warna yaitu
menjadi red purple atau kuning atau kecoklatan.
Banyaknya buah
sekitar 15 – 60 buah/kg. Daging luar harus dikupas dari biji sesegera
mungkin setelah
dipanen (dalam 1 – 2 hari). Biji tanpa daging luas sebanyak 70 – 150 buah/kg.
Perilaku
penyimpanan biji tidak diketahui, tetapi biji kehilangan viabilitas cukup cepat
dalam penyimpanan. Benih dianjurkan daitanam dalam waktu 4 – 6 minggu
penyimpanan.Benih yang berkecambah dilindungi di bawah naungan. Bibit harus
dipindahkan ke dalam wadah secepat mungkin setelah munculnya perkecambahan.
Bibit yang semakin besar dipindah ketingkat pencahayaan yang lebih tinggi
misalnya intensitas cahaya 30 – 50% selama 1– 2 minggu setelah tanam, kemudian
25% selama 1 bulan, kemudian matahari penuh selama 2 bulan sebelum penanaman.
Bibit harus
ditanam pada awal musim hujan. Urutan koleksi benih untuk produksi bibit;Juli –
Agustus, perkecambahan; bulan September – November, tahap penaburan
benih;Desember – Januari, tanam di lapangan. Saat ditanam, tinggi tanaman harus
sekitar 25 cm – 30cm.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada percobaan
mengenai penurunan pH air sisa cucian dengan alternatif bahan baku daun
ketapang kering ini dilakukan dengan cara sederhana. Teknologi daun ketapang
kering ini telah lama digunakan dalam penurunan pH air karena dapat menurunkan
pH air pada akuarium. Pada percobaan ini akan membahas mengenai proses
penurunan pH air sisa cucian dengan menggunakan daun ketapang kering.
Percobaan ini
berlangsung selama 6 hari, dikarenakan proses dilakukan mulai dari mengeringkan
daun ketapang hingga daun ketapang siap untuk digunakan. Proses perendaman
berlangsung selama 3 hari dan setiap harinya dilakukan pengukuran pH.
3.1 Objek
Percobaan
Sebagai objek
percobaan ini adalah daun ketapang kering dan daun ketapang segar sebagai bahan
baku penurun pH dan perbandingan mengenai variable yang lebih cepat menurunkan
pH.
3.2 Bahan dan
Alat Percobaan
Bahan
Bahan yang
digunakan dalam percobaan ini adalah:
· daun ketapang
kering
· air sisa
cucian.
Alat
Alat yang
digunakan dalam percobaan ini adalah:
· Ember/wadah
· Gelas ukur
· Kertas pH
3.3 Prosedur
Kerja
1. Memilih daun
ketapang yang baik.
2. Membersihkan
daun ketapang dari kotoran-kotoran yang menempel pada daun.
3. Mengeringkan
daun ketapang di bawah sinar matahari agar daun lebih kering lagi.
4. Menyiapkan
air sisa cucian sabun di dalam wadah atau ember.
5. Mengukur pH
awal air sisa cucian sabun dengan menggunakan kertas lakmus.
6. Menghitung
pH awal air sisa cucian sabun.
7. Merendam
daun ketapang yang sudah kering kedalam air sisa cucian sabun.
8. Mengukur pH
rendaman daun ketapang pada air sabun setiap 1x24 jam selama 3 hari.
3.4 Rencana
Anggaran Biaya
Anggaran biaya
untuk penurunan pH air sisa cucian menggunakan daun ketapang kering adalah
sebesar Rp 10.000,- dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 1
Anggaran biaya pembuatan alat
No.
|
Nama
barang
|
Harga
satuan
|
Jumlah
|
Total
|
1.
|
Air
sisa cucian
|
-
|
250
ml
|
|
2.
|
Daun
ketapang
|
-
|
5
lembar
|
|
3.
|
Kertas
pH
|
10.000/pack
|
5
lembar
|
|
Total
|
10.000
|
e. Hasil
Pengujian
Dari hasil
pengujian yang telah kami lakukan dihasilkan data sebagai berikut:
Tabel 2.
Pengukuran pH dari hari pertama hingga ketiga
PH
air percobaan
|
Pengukuran
PH air per/hari
|
||
Hari
ke-1
|
Hari
ke-2
|
Hari
ke-3
|
|
Daun
Segar
|
9
|
9
|
9
|
Daun
Kering
|
9
|
8
|
8
|
Air sisa cucian
yang mempunyai pH awal 9 setelah direndam dengan daun ketapang selama 3 hari
mengalami penurunan pH, yaitu menjadi 8. Pada air bekas rendaman daun ketapang
berwarna coklat gelap dan keruh oleh serat daun ketapang. Karena warna coklat
tersebut diakibatkan oleh asam tannin pada kandungan daun ketapang kering
sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan.
BAB III
PEMBAHASAN
Dari hasil
pengujian yang telah dilakukan maka dapat didapatkan bahwa diperlukannya
penelitian lebih lanjut dan penelitian dengan berbagai variable untuk
mendapatkan variasi data. Pemakaian daun ketapang yang segar (masih hijau) dan
daun ketapang yang sudah kering dilakukan untuk mengetahui daun mana yang
memiliki kemampuan terbesar dalam menurunkan pH. Daun ketapang diketahui
memiliki kandungan asam organic humic dan tannin. Namun diperlukan penelitian
yang lebih mendalam mengenai asam organic terbesar berada di daun yang mana.
Penggunaan daun
ketapang yang berupa lembaran ( utuh ) maupun penggunaan daun ketapang yang
dihancurkan ( serbuk ) sepertinya memiliki kegunaan yang sama, hanya saja
terletak pada efisiensi penggunaannya. Bentuk serbuk sepertinya lebih mudah
digunakan dibandingkan dengan daun yang berbentuk lembaran. Bentuk serbuk
memiliki keunggulan tersendiri misalnya dalam hal pengembangannya yakni lebih
mudah untuk dibawa ataupun dalam hal penyimpanannya dalam skala besar.
Waktu perendaman
yang dilakukan ketika penelitian termasuk singkat yakni 2-3 hari. Perlunya
dilakukan perendaman yang lebih lama untuk mengetahui penurunan pH secara
signifikan. Ketika penelitian dengan waktu 2-3 hari hanya menghasilkan
penurunan pH dari 9 menjadi 8. Perendaman yang lebih lama kemungkinan akan
menghasilkan penurunan pH lebih dari 1.
Ketika
pengukuran pH perlu dilakukan pengadukan agar tercampur antara ekstrak daun
ketapang dan air limbah. Ketika penelitian tidak dilakukan pengadukan pada saat
pengukuran pH. Kandungan asam organic yang dapat menurunkan pH terletak di
dasar rendaman maka untuk itu diperlukan pengadukan agar hasil yang didapat
bias semaksimal mungkin.
Penggunaan daun
ketapang pada air cucian mengakibatkan air cucian menjadi keruh sehingga masih
sulit untuk pemakaian kembali air yang telah digunakan sedangkan pada daun
ketapang segar air masih bisa dikatakan berwarna jernih daun dalam penurunan pH
nya pada daun ketapang segar masih cenderung dikatakan lambat.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang
dapat diambil dari hasil penelitian ini antara lain:
· Daun ketapang
mengandung asam organik seperti humic dan tannin yang dapat menurunkan pH air.
· pH air sisa
cucian yang pH awal 9 setelah direndam 1 x 24 jam turun menjadi 8.
· Teknologi
sederhana ini dapat diterapkan di industri laundry yang banyak menghasilkan
limbah detergen sehingga lebih aman untuk dibuang ke lingkungan.
Saran
· Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penurunan pH dengan pemanfaatan daun
ketapang kering dan variable yang lebih banyak.
· Pengukuran
dapat dilakukan dengan pH meter agar nilai penurunan keasamannya lebih jelas
terlihat dan tepat.
· Dapat mendaur
ulang atau memanfaatkan air hasil penurunan basa dari air cucian
· Menghasilkan
suatu produk yang ramah lingkungan dan dapat digunakan dalam penurun pH air
terutama untuk industri jasa pencucian baju.
· Siswa mampu
lebih berpikir kritis lagi dan inovatif dalam melihat potensi lingkungan
sekitar dengan banyak diberi kesempatan.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat
Perhutani, KPH Kendal. (2011).Jenis Tanaman Rimba Eksotik.Kendal
Direktorat
Perumahan, Ditjen Cipta Karya-Departemen Pekerjaan Umum. (1998) Pengelolaan
Limbah Air.Jakarta
Atmadjaja, J.
dan Sitanggang, M. (2008).Panduan Lengkap Budi daya & Perawatan Cupang
Hias, hal 125-126, Jakarta, Agromedia.
Lily M, Perry.
(1980).Medicinal Plants of East and Southeast Asia, Inggris : The MIT.
Pemanfaatan
Tanaman tradisional.2003. (http://www.traditionaltree.org)
Forum Ikan
Hias.2007.(http://forum.o-fish.com).
Forum pembuatan
black water.(http://www.n1wanred.com/isi/forum/showthread.php).
0 comments:
Post a Comment